Gunung Lawu

Written on 05.29 by Ali Asidqi 's Blog



Keadaan Gunung Lawu









Gunung Lawu:
Wukir Mahendra (Gunung Lawu) yang merupakan pegunungan vulkanik tua, secara geografis terletak pada posisi 111°15′ BT dan 7°30′ LS dan meliputi areal luas sekitar 15 ribu hektar.
Gunung Lawu merupakan salah satu bentuk habitat yang sangat eksotis. Gunung ini menjadi batas antara lingkungan Jawa Timur yang cenderung kering dan gersang dengan Jawa Tengah yang mulai basah, sebelum mencapai Jawa Barat yang basah dan dingin. Sebagai kawasan Peralihan, tempat ini ditumbuhi species-species khas Jawa Timur namun tidak ditemukan di Jawa Barat dan demkian sebaliknya. Misalnya Cemara Gunung (Casuarina junghuniana), banyak tumbuh di gunung Lawu dan gunung-gunung di Jawa Timur, akan tetapi secara alami tidak pernah dijumpai pada gunung-gunung sebelah barat Gunung Lawu, baik pdi ropinsi Jawa Tengah maupun Jawa Barat. Dendrobium jacobsonii anggrek epifit yang dapat dijumpai pada ketinggian 2000 m dpl ini juga ditemukan di gunung Lawu dan Gunung Semeru di Jawa Timur.
Gunung Lawu kaya akan keragaman Flora dan Fauna. Gunung Lawu sebagai kawasan pelarian dari kerusakan yang ada, sangat besar potensi flora yang dimilikinya. Edelweis (Anaphalis Javanica) merupakan tumbuhan yang terdapat pada ketinggian tempat tertentu. Bunga ini banyak ditemukan di sekitar puncak Gunung Lawu. Selain bentuk bunganya yang indah dan menarik, bunga ini memiliki kelebihan yaitu bunganya tidak mudah rusak dalam waktu yang lama.


Selain Edelweis, terdapat tumbuhan yang indah dan menarik lainnya, yaitu anggrek. Menurut Comber (buku: Orchid of Java,1990) di pulau Jawa terdapat 731 species anggrek, 231 species di dalamnya hanya ditemukan di pulau Jawa (endemik). Dari hasil penelitian didapat 47 species dan 14 species di antaranya merupakan endemik.
  • Anggrek
Diantara 47 species tersebut terdapat beberapa species yang memiliki potensi ekonomi lebih. seperti  Dendrobium, Pholidota, Coelogyne, Calanthe, dan Eria. Jenis-jenis tersebut memliki keindahan dan warna bunga yang menarik. Dari hasil pengamatan dan wawancara anggrek yang menjadi incaran “pencari anggrek” adalah Dendrobium haseltii dan Dendrobium jacobsinii. Kedua anggrek ini memiliki bunga yang mencolok  dan  indah, hidup pada ketinggian 2000-3000 mdpl. Karena keindahan bunganya, inilah yang menjadi incaran para pemburu anggrek. D. jacobsinii yang memiliki warna bunga merah ini, hanya terdapat di gunung Semeru dan Gunung Lawu.





Pohon inang yang biasa ditumbuhi anggrek epifit adalah Schefflera fastigiata, Schefflera aromatica, Schima wallichii, Araucaria sp, Astronia spectabilis, Daphne composite, Saurauia bracteosa, Wightia borneensis, Casuarina sp. Pohon ini memiliki nilai ekonomis rendah dibanding dengan Sengon atau Mahoni.
Keanekaragaman flora yang ada, mendukung kehidupan fauna di dalamnya. Fauna yang sering dijumpai di kawasan gunung Lawu antara lain Musang (Paradoxorus hermaproditus), Tikus bukit (Rattus bukit), babi hutan (Sius sp.), Harimau (Pantera sp) Anjing hutan, Ayam Hutan (Gallus sp), kijang, kera. Pada pengamatan tahun 1999 hingga 2005 masih sering dijumpai adanya kotoran kucing besar. Untuk jenis primata sering dijumpai di lereng selatan, ada jenis primata yang teramati yaitu Lutung (Prebytis comata), Owa (Hylobates agilis), dan kera.
Vegetasi hutan juga menunjang kehidupan berbagai macam burung. Burung-burung yang banyak dijumpai pada tumbuhan perdu/ semak-semak maupun terbabg bebas di angkasa seperti Elang. Terdapat sekitar 31 species burung yang ditemukan di lereng Lawu Utara dan Selatan. (sumber penelitian Lapangan PMPA KOMPOS FP UNS, 1999-2005).
  • Jalak Lawu
Jalak Lawu atau penduduk sekitar menyebutnya Jalak Gading, merupakan species burung endemik yang sering terlihat oleh para pendaki. Perangai burung ini ramah dan jinak, tidak heran jika burung ini biasa menjadi teman seperjalanan para pendaki gunung Lawu. Jalak Lawu atau jalak Gading ini akan mengikuti para pendaki gunung atau para pejiarah dan akan memberitahu jalan ke arah puncak. Burung Jalak Gading atau yang lebih dikenal dengan “jalak Lawu” hampir sepanjang jalan di jalur pendakian, lebih-lebih bagi para pendaki yang mendapat “ berkah dari Sunan Lawu” para pendaki ini selalu diikuti burung jalak gading yang dianggap “keramat” sebagai penunjuk jalan untuk menuju Puncak. Burung ini tidak besar hanya sebesar jalak Ungu dan jalak Bali. Bulunya berwarna coklat, bagian dada berwarna kuning emas, paruh dan kakinya kuning, nampak begitu jinak namun begitu didekati dia langsung terbang



Mbah Prapto Lawu Gendheng (pemilik warung di dekat sendang Drajat), bercerita bahwa Jalak Gading yang ada di Gunung Lawu ini adalah Teman seperjalanan untuk semua pendaki gunung Lawu, asal jangan diganggu. Kalau Jalak Gading ini diganggu, dilempari dll Jalak Gading ini akan membuat sesat para Pendaki Gunung Lawu, entah bagaimana caranya yang jelas jangan mengganggu Burung Jalak Gading kalau tidak ingin tersesat malahan Jalak Gading ini akan mengantar para pendaki sampai ke Puncak Gunung Lawu.
Gunung Lawu, merupakan habitat berbagai macam flora dan fauna yang unik, endemik (anggrek dan jalak lawu) dan ada pula yang terancam punah, seperti Harimau dan Elang Jawa. Selayaknya kita manusia bisa hidup berdampingan dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar, terutama para pendaki gunung yang sering bergumul langsung dengan alam bebas.

kalo ada yang mau download langsung buat ngeprint (yang udah super di edit, fontnya calibri), bisa download

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Written on 05.14 by Ali Asidqi 's Blog


Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Kerajaan Kutai (Hindu)


    Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara KamanKalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Sejarah

Raja-Raja Yang Terkenal:

Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Aswawarman
memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebutKesultanan Kutai Kartanegara.




Peninggalan Kutai Berupa Prasasti Yupa

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Nama-Nama Raja Kutai

Peta Kecamatan Muara Kaman
1.    Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
2.    Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3.    Maharaja Mulawarman
4.    Maharaja Marawijaya Warman
5.    Maharaja Gajayana Warman
6.    Maharaja Tungga Warman
7.    Maharaja Jayanaga Warman
8.    Maharaja Nalasinga Warman
9.    Maharaja Nala Parana Tungga
10.  Maharaja Gadingga Warman Dewa
11.  Maharaja Indra Warman Dewa
12.  Maharaja Sangga Warman Dewa
13.  Maharaja Candrawarman
14.  Maharaja Sri Langka Dewa
15.  Maharaja Guna Parana Dewa
16.  Maharaja Wijaya Warman
17.  Maharaja Sri Aji Dewa
18.  Maharaja Mulia Putera
19.  Maharaja Nala Pandita
20.  Maharaja Indra Paruta Dewa
21.  Maharaja Dharma Setia


Kerajaan Majapahit (Hindu)
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.
Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:
  1. Raden Wijaya 1273 – 1309
  2. Jayanegara 1309-1328
  3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
  4. Hayam Wuruk 1350-1389
  5. Wikramawardana 1389-1429
  6. Kertabhumi 1429-1478
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Peninggalan kerajaan Majapahit:


Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT
   Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.
   Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.
Keruntuhan Majapahit
   Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah yang masih “kapernah” kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu Majapahit yang kafir itu.
Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.

Kerajaan Tarumanegara (Hindu)
    Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Sumber Sejarah

    Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh RajadirajaguruJayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan

1.     Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2.     Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3.     Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4.     Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5.     Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6.     Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7.     Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.




Kerajaan Mataram (Hindu)
    Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.

Daftar raja-raja Medang

Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:



Candi Prambanan dari abad ke-9, terletak diPrambanan, Yogyakarta, dibangun antara masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Dyah Balitung.
1.     Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang
2.     Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
3.     Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4.     Rakai Warak alias Samaragrawira
5.     Rakai Garung alias Samaratungga
6.     Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7.     Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-raja sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.

Peninggalan sejarah


(Kiri) Avalokitesvara lengan-dua. Jawa Tengah, abad ke-9/ke-10, tembaga, 12,0 x 7,5 cm. (Tengah: Chundā lengan-empat, Jawa Tengah, Wonosobo, Dataran Tinggi Dieng, abad ke-9/10, perunggu, 11 x 8 cm. (Kanan) Dewi Tantra lengan-empat (Chundā?), Jawa Tengah, Prambanan, abad ke 10, perunggu, 15 x 7,5 cm. Terletak di Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem.
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang juga membangun banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu maupun Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah; menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur. Candi megah yang dibangun olehSailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia.



Kerajaan Sriwijaya (Buddha)

    Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dariKamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaanDharmasraya.

Mohon komentarnya disini aja!

Get widget
Powered By Blogger